banner here

Resiko Bahaya TBC Pada Ibu Hamil

- 00.25.00
Health Happiness and Hope
Resiko Bahaya TBC Pada Ibu Hamil

Resiko Bahaya TBC Pada Ibu Hamil. Kehamilan dan TBC merupakan dua Stressor yang berbeda pada ibu yang sedang hamil. Stressor tersebut secara simultan dapat mempengaruhi keadaan fisik mental ibu hamil. Lebih dari 50% kasus TBC Paru adalah perempuan dan data RSCM pada tahun 1989-1990 diketahui bahwa 4.300 wanita hamil terjangkt oleh penyakit TBC ini, dan 150 diantaranya adalah pengidap TBC Paru.

Efek TBC pada kehamilan tergantung kepada beberapa faktor antara lain tipe, letak, dan keparahan penyakit, usia kehamilan saat menerima pengobatan Antituberculosis, status Nutrisi ibu hamil, ada tidaknya penyerta, status imunitas, dan kemudahan mendapatkan fasilitas diiagnosa dan pengobatan TBC. Status Nutrisi yang buruk, Hipoproteinemia, anemia, dan keadaan medis Maternal merupakan faktor yang penting dalam menentukan Maternal dlam kehamilan dengan TBC.

Baca juga :  Gejala Penyakit TBC Pada Anak

TBC Pada Hamil


Kehamilan dapat berefek kepada Bakteri TBC dimana Diafragma akibat kehamilan akan menyebabkan kavitas Paru bagian bawah mengalami Kolaps yang disebut Pneumo-Peritoneum. Pada awal abad ke 20, induksi Aborsi direkomendasikan pada wanita hamil yang mempunyai penyakit TB ini.

TBC yang berada di samping kiri dan kanan rahim bisa menyebabkan kemandulan bagi wanita yang menderitanya. Hal ini tentu menjadi kekhawatiran pada pengidap TBC atau yang pernah mengidap TBC, khususnya wanita usia reproduksi. Jika kuman sudah menyerang organ reproduksi wanita biasanya akan mengalami kesulitan untuk hamil karena Uterus tidak siap untuk meremima hasil Konsepsi.

Baca juga :  Gejala dan Pencegahan TBC atau Tuberkulosis

Harold Oster MD,2007 mengatakn bahwa TBC Paru (baik Laten maupun aktif) tidak akan mempengaruhi Fertilitas seorang wanita di kemudian hari. Namun, jika kuman menginfeksi Endometrium dapat menyebabkan gangguan terhadap kesuburan. Tapi tidak brarti kesempatan untuk memiliki anak menjadi tertutup sama sekali, kemungkinan untuk hamil masih tetaplah ada. Idealnya, sebelum memutuskan untuk hamil, wanita pengidap TBC mengobati TBC nya terlebih dahulu sampai tuntas. Namun, jika sudah terlanjur hamil maka tetap lanjutkan kehamilan dan tidak perlu melakukan aborsi.

Menurut Oster, 2007 jika kuman TBC hanya menyerang Paru saja, maka akan ada sedikit resiko terhadap janin. Untuk meminimalisasi resiko tersebut, biasanya diberikan obat-obatan TB yang aman bagi kehamilan seperti Rifampisin, INH dan Etambutol. Kasusnya akan berbeda jika TBC juga menginvasi organ lain di luar Paru dan jaringan Limfa, dimana wanita tersebut memerlukan perawatan khusus di rumah sakit sebelum dirinya akan melahirkan seorang anak. Penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan yaitu Narayan Jana, Kala Vasistha, Subhas C Saha, Kushagradhi Ghosh, pada tahun 1999 tentang efek TBC Ekstrapulmoner Tuberculosis, didapatkan hasil bahwa TBC pada Limfa tidak beefek terhadap kehamilan, persalinan dan hasil konsepsi. Namun jika dibandingkan dengan kelompok wanita sehat yang tidak mengalami TBC selam hamil mempuntyai resiko Hospitalisasi lebih tinggi (21% : 2%), bayi dengan APGAR Skore rendah segera setelah lahir (19% : 3%), berat badan lahir kuranng dari 2500.

Selain itu resiko juga akan meningkat kepada sang janin, seperti Abortus, terhambatya pertumbuhan janin, kelahiran Prematur dan terjadinya penularan TBC dari ibu ke janin melalui Aspirasi cairan Amnion (disebut TB Congenital). Gejala TBC Congenital biasanya sudah bisa diamati pada minggu ke 2-3 setelsh kehidupsn bsyi, seperti Premaur, gangguan pernafasan, demam, berat badan jadi rendah, Hati dan Limpa membesar. Penularan Kongentinal sampai saat ini masih belum jelas, apakah bayi tertular saat masih di perut atau setelah lahir kedunia
Advertisement advertise here
 
banner here